Selasa, 21 Mei 2013

cerita



Legenda Pulau Kapal
Dahulu kala, ada sebuah keluarga yang bertempat tinggal  di dekat sungai Cerucuk. Kehidupan keluarga tersebut sangat miskin. Mereka hidup dari mencari dedaunan ataupun buah- buahan yang ada dalam hutan dan hasilnya dijual ke pasar.
Keluarga tersebut mempunyai seorang anak  laki- laki bernama si Kulup.si kulup senang membantu orang tuanya mencari nafkah. Mereka saling menyayangi. Meskipun hidup serbakekurangan, mereka tidak merasa menderita.
Pada suatu ketika, ayah si Kulup pergi ke hutan untuk mencari rebung. Rebung itu hendak dijadikan sayur untuk makan bertiga. Saat menebang rebung, terlihatlah oleh ayah si Kulup sebatang tongkat berada pada rumpun bambu. Pak Kulup berucap dalam hati karena gembiranya, “Ini pertanda baik! Apakah ini tongkat Nabi Sulaiman atau harta karun ? Aduhai..., saya jadi kaya mendadak sekarang.”
Rebung tidak jadi dibawa pulang. Pak Kulup dengan perasaan was- was dan takut membawa pulang tongkat itu.sesampai di rumah, Pak Kulup berunding tentang tongkat yang ditemukan tadi siang. Mereka bertiga sepakat untuk menjual  tongkat temuannya. Si Kulup ditugasi untuk menjual tongkat tersebut ke negeri lain.
Si Kulup pergi meninggalkan desanya. Tidak lama kemudian, tongkat ituterjual dengan harga yang sangat mahal.
Setelah menjadi kaya, si Kulup tidak mau pulang ke rumah orang tuanya. Ia tetap tinggal di rantau.karena selalu berkawan dengan anak- anak saudagar kaya, si Kulup pun diambil menantu oleh saudagar paling kaya di negeri tersebut.
Kini, si Kulup sudah beristri. Mereka hidup serbaberlebih. Si Kulup lupa akan kedua orang tuanya yang menyuruhnya menjual tongkat.
Setelah bertahun- tahun hidup di rantau, si Kulup bersama istri disuruh mertuanya berniaga ke negeri lain. Si Kulup lalu membeli sebuah kapal besar. Ia juga menyiapkan anak buah untuk diajak berlayar.
Mulailah mereka berlayar. Saat itu, si Kulup teringat kembali akan kampung halamannya. Ketika sampai di muara Sungai Cecuruk, mereka berlabuh. Kedatangan si Kulup di desanya terdengar oleh kedua orang tuanya.sangatlah rindu orang tuanya kepada anaknya itu, terlebih emaknya. Sesampai di kapal, kedua orang tua itu mencari anaknya. Si Kulup yang sudah menjadi saudagar kaya merasa malu melihat kedua orang tuanya. Diusirnya kedua orang tua itu.
“Pergi! Lekas pergi. Aku tak punya orang tua seperti kau. Jangan kotori tempatku ini. Tidak tahu malu, mengakui diriku sebagai anak. Apa mungkin aku mempunyai orang tua miskin seperti kau. Menjauh engkau dari sini!” ucap si Kulup, saudagar kaya itu.
Emak si Kulup tidak dapat menahan  amarahnya. Ia benar- benar terpukul hatinya melihat peristiwa tadi. Ia berucap, “Kalau saudagar itu benar –benar anakku, si Kulup, dan kini tidak mau mengaku kami sebagai orang tuanya, mudah- mudahan kapal besar itu karam.”
Selesai berucap demikian itu, ayah dan emak si Kulup pulang ke rumahnya dengan rasa kecawa.tidak berapa lama, terjadilah suatu keanehan. Tiba- tiba gelombang laut sangat tinggi menerjang kapal si Kulup. Mula- mula kapal itu oleng ke kanan dan ke kiri. Penumpangnya ketakutan luar biasa. Akhirnya, kapal itu terbalik . semua enumpang tewas.
Beberapa hari kemudian, di tempat karamnya kapal besar itu muncullah sebuah pulau yang menyerupai kapal. Hingga sekarang, pualu itu dinamakan pulau kapal.
                                                                            Sumber:CERITA RAKYAT DARI SUMATERA SELATAN
                                                                                                 DENGAN PENGUBAHAN                                                                                                                                 
                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar